Tentang Rasa
ku coba merajut serpihan bayangmusatu demi satu hingga nyata
tampak utuh dirimu
ku coba menyatukan serpihan
kisah kisah tentang pagi
dan cerita kita
di hari hari ini
Galau dan gundah menguasaiku
Betapa tidak..?!
rasa ini terus tumbuh
seiring berjalanya waktu
sebelum semuanya kian jauh
sebelum rasa ini kian bercampur
dan terus mengalir di ateri darahku
aku ingin kau tau…
aku sayang kamu ^_^
PENYESALAN
aku tlah MENYESAL menunggu kepulangan.mu !aku kira kau masih SETIA pada.ku !
dan aku kira kau masih SENDIRI !
tapi ternyata ! semua diluar dugaan.ku !
kau pulang dengan seorang WANITA !
dan kau kini tlah BERDUA sengan.yh !
dalam suatu IKATAN CINTA !
Perpisahan
Ribuan jalan telah kita lewatiBerbagai rintangan telah kita lalui
Penuh wewangian bunga maupun bertabur duri
Penuh suka maupun duka di hati
Semua bukanlah sekedar kenangn
Semua bukanlah sekedar renungan
Saat kita dalam kebersamaan
Dalam suka maupun pengorbanan
Namun, kita tlah tahu
Kita tak selamanya bersatu
Menempuh jalan hidup yang bertabur debu
Bertabur dedaunan yang tak pernah tersapu
Saat berpisah harus menyapa
Ku tak ingin kau teteskan air mata
Ku tak ingin kau berduka
Karena hati kita kan tetap bersama
Sahabatku tercinta!!
Inilah hidup
Kadang kita membuka
Suatu saat kita kan menutup
Sahabatku tercinta!!
Ku ingin kita kembali bersama
Di saat harta tak lagi berguna
Di saat cinta menjadi satu-satunya pembela
yang tlah hilang
adakah 1 wktu brsma u
ktika tak da lg cnta d hti q
smua hlang seiring wktu
tak prnh trlht lg ssok byngmu d bnak q
CINTA,,
d saat tak dpt q rsa hngtnya
smua trsa hampa adanya
mski mncintaimu dngan rasa
tp tak bsa q hpus ktika u brkan luka
HITAM yg kelam..
mmbelenggu hati q yg jauh tngglam
TERPENDAM..jauh trpndam
kisah nie yg tak kn prnah trulang..
ktika tak da lg cnta d hti q
smua hlang seiring wktu
tak prnh trlht lg ssok byngmu d bnak q
CINTA,,
d saat tak dpt q rsa hngtnya
smua trsa hampa adanya
mski mncintaimu dngan rasa
tp tak bsa q hpus ktika u brkan luka
HITAM yg kelam..
mmbelenggu hati q yg jauh tngglam
TERPENDAM..jauh trpndam
kisah nie yg tak kn prnah trulang..
kesepian hati
saat fikiranq tercurah padamuhanya satu hati yg dpat mengerti …
hati yg tak lagi q miliki …
hati yg tlah pergi meninggalkan smw kenangan indah yg menyisahkan perih
tak dapat q yakini
q kan mampu menghapus rasa ini
smw twlah terukir jelas dgn indahnya
sampai q korbankan smua
hanya kau yg tak mengerti …
hanya kau yg tak mampu pahami …
ketulusan yg terpancar
kini tak lagi bermakna
masihkah ada bisikan rindu q
yg q haturkan dulu saat kau saat kau disana
kini kau tlah bersamanya
meninggalkanq meratapi sepi
hanya air mata yg slalu setia menemaniq
tepiskan rasa rindu yg terbelenggu
KV TERJERIT KEZAKITAN DI KE INDAHAN MALAM, ZAAT HATI INI TERGOREZ DENGAN LVKA.
PERIH KV RAZAKAN, HINGGA AIR MATAKV MENETEZ N MENYENTVH WAJAHKV.
DVLV ENGKAV MENIKMATI AKV N KINI ENGKAV MENCAMPPAKANKV.
IBARAT DEDAVNAN YG KERING YG TERBVANG N TAK BERARTI.
BATINKV TERZIKZA, HATIKV RAPVH, TAK BERDAYA MENAHAN RAZA PERIH DI HATI.
ZETELAH DIRIMV MENABVRI BENIH2 LVKA DI HATI KECILKV.
ZEGENGGAM CINTAKV YG DVLV AKV BERIKAN KINI ENGKAV BALAZ DENGAN CINTA BERDVRI.
N ENGKAV TANCAPKAN DI HATI KECILKV, MENGGOREZKAN TINTA LVKA DI DALAM HATIKV.
HATI YG DVLV ZVCI KINI TELAH ENGKAV NODAI, PERIH YG KVRAZAKAN HINGGA ZAAT INI MAZIH KV RAZAKAN.
permaisuri hatiku
Sedikit demi sedikitKu coba lantunkan syair lembut
Yang perlahan membisik
Dengan syahdu ketelingamu
Biarkan aku mencoba
Membawamu kedunia angan
Bersama kita berdiri
Diantara awan yang melangkah beriring
Ku tunun kau kearah senja
Menikmati redupnya sang mentari
Menghias jinga langit-langit
Sejukan hatimu Permaisuri ku
Pancaran sinarmu yang mempesona
Takkan bisa buat langit ini kelabu
Hingga menitihkan air mata deras
Yang kadang melukai dan membunuh
Tetaplah tenang kau disana
Tetaplah terus terangi lorong jalan gelap
Temani bintang berkilau indah
Seindah senyummu Permaisuri ku
Jangan pernah berhenti memegang telapak ini
Jangan kau lepas jari halusmu ini
Genggamlah, jamahilah, dan rasakanlah
Biarkan damai merasuki ruang kecil di hatimu
Dan saat itu,
Pejamkanlah sejenak dari sadarmu
Bayangkanlah ketenangan yang kuberi
Di setiap sela-sela sempit dalam khayalan
Merintihlah jika kau bersedih
Karena ku tak bisa selalu di dekatmu
Tersenyumlh jika kau bahagia
Karena aku merindukanmu. ???
Puisi cinta
Pencarian cahaya surya di pagi hari.
Menembus di dalam lautan.
Ikan2 kecil berlompat-lompatan.
Menari2 bersuka ria.
Ku duduk di atas batu karang.
Memetik gitar tua.
Menyanyikan nyanyian rindu.
Kepada sang kekasih hati.
Yg berada di seberang sana.
Terpisa karena alasan yg tak jelas.
Membagi cinta yg begitu erat.
Sebagai ikatan hati yg kami jalani selama ini.
Kuteringat dengan
senyuman manisnya.
Senyuman mesranya.
Pelukan hangatnya.
Yg tak lagi kurasakan jua.
Kerinduan ku sangat lah tak terbendung.
Tat kala ia menangis,
semberi membacakan puisi yg ku buatkan.
Ya Allah….
Kabulkanlah doa hamba.Biarkanlah hamba kembali bersamanya.
Ntah dari kapan itu bermulai.
Tetapi kutetap bersukur,
dia selalu menanti ku.
Begitu juga aku,
yg tak pernah berhenti merindukannya.
Selalu ada puisi untukmu
antara hasrat dan katakata yang dibasahi gelembung cinta
yang melahirkan gerimis di bumi jiwa kita
semua kata yang tujuannya menggambarkan hatimu
selempang pelangi di cakrawala.
Senyum yang menjadi rahasia bibirmu
kuperam dalam jantungku. Tumbuh satu per satu
menggetarkan sunyi, bermekaran di antara jemari
sebagian terperangkap ke dalam sajak
sebagian terlepas menjelma kepakkepak renjana.
Jangan risaukan katakata yang tak terucapkan
biarkan menggenang dalam kolam ingatan
atau angin menyingkap rinduku
yang tersembunyi di dedaunan dan melepaskannya padamu
dalam bentuk musim gugur yang indah.
Pada sebaris hujan, kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka
tanpa layung senja. Terpa angin meninggalkan
jejak dingin di dada kita.
Engkau menggigil di jantungku.
Jutaan tetes air berterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bungabunga
tumpah dari jambangan. Mengisi hatimu yang bimbang
mengubahmu jadi tembang. Rintik merdu.
sebuah kilau, seolah
cahaya yang tersimpan. Sebutir doakah?
Kumasuki kelambu hujan
di mana airmatamu menggenggam rindu.
Waktu lalu mendesak. Serasa singkat.
Rembang pun berlalu, saat benderang lampulampu
… dan hujan berpamitan di jendela senja
yang perlahan menutup payung kita
dengan sebuah pelukan.
meninggalkan gemas pada tubuhmu, kurasakan udara
yang ditinggalkan hujan. Mentari di celah jendela
kaukah yang membawanya. Deras sinarnya
seperti darah menghanyutkan degup rindu
di serambi jantungku.
Senampan senja kausuguhkan, lentik jemarimu indah
tatap matamu tak sanggup kugubah, jejakmu sumringah
dalam hangat yang terperangkap racikan daunan teh
seputik melati menepi di pinggir cangkir
menyengatkan wangi di bibir. Dan senyummu
kuseruput tanpa akhir.
Cinta bergetar di tengah Oktober
lengkung alismatamu memayungi senja hujan
aku menghangatkan diri di matamu
pada sinarmatamu anggun, pada sunyi yang unggun
pada sketsa hatimu yang mengambang
di secangkir senja yang rembang.
di bawah bulan setengah lingkaran
membaca selaksa kata di matamu
menafsirkan sirat cinta.
Maka ketika kau memandangku
aku tahu, kau bulan yang jatuh di wajahku
kau yang selalu di wajahku
menuliskan pendarpendar cahaya
petunjuk bagi langkahku
menelusuri jalan setapak di hatimu
langit yang selalu membukakan pintu
untuk pulang kepakkepak sayapku.
Di bawah bulan yang mengambang
di pematang alis matamu
ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu
merunduk menggenggam bulir rindu.
jejakjejakmu jadi jalan setapak
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak
yang kupetik dari perjalanan berliku
bukankah selalu kutanam perdu
penawar rindu.
Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu
ketika kau melintas jalan setapak
rerumputan menjaga jejakmu tetap basah
seperti butir airmata yang enggan jatuh dari bulumatamu
bagaimana pun aku memunguti jejak itu
menyimpannya dalam sebuah sajak
lalu kuikuti ke mana kata pergi mengembara.
Bukankah hatimu kampung halaman
dari seluruh sajakku
tempat aku mudik dengan segala perbekalan
cinta.
langit mendekat bersahabat
menyuguhkan teh hangat dengan sedikit uap
perjalanan panjang pun serasa singkat
kita bersulang mengubah malam pekat
jadi upacara persembahan
rembulan perak
untukmu.
Di padang ilalang
bulan ini kujerat dengan sajak
kuikat di pohon cempedak
agar kelam tak membawanya lenyap
ke dalam gelap.
Terasa di wajahmu getar sumringah
arus darah mengalirkan hemoglobin cinta
percakapan apakah mengalir dalam terang rembulan
tatap teduhmu tak pernah tuntas aku tafsirkan.
Menembus di dalam lautan.
Ikan2 kecil berlompat-lompatan.
Menari2 bersuka ria.
Ku duduk di atas batu karang.
Memetik gitar tua.
Menyanyikan nyanyian rindu.
Kepada sang kekasih hati.
Yg berada di seberang sana.
Terpisa karena alasan yg tak jelas.
Membagi cinta yg begitu erat.
Sebagai ikatan hati yg kami jalani selama ini.
Kuteringat dengan
senyuman manisnya.
Senyuman mesranya.
Pelukan hangatnya.
Yg tak lagi kurasakan jua.
Kerinduan ku sangat lah tak terbendung.
Tat kala ia menangis,
semberi membacakan puisi yg ku buatkan.
Ya Allah….
Kabulkanlah doa hamba.Biarkanlah hamba kembali bersamanya.
Ntah dari kapan itu bermulai.
Tetapi kutetap bersukur,
dia selalu menanti ku.
Begitu juga aku,
yg tak pernah berhenti merindukannya.
Selalu Ada Puisi Untukmu
Selalu ada puisi untukmu
antara hasrat dan katakata yang dibasahi gelembung cinta
yang melahirkan gerimis di bumi jiwa kita
semua kata yang tujuannya menggambarkan hatimu
selempang pelangi di cakrawala.
Senyum yang menjadi rahasia bibirmu
kuperam dalam jantungku. Tumbuh satu per satu
menggetarkan sunyi, bermekaran di antara jemari
sebagian terperangkap ke dalam sajak
sebagian terlepas menjelma kepakkepak renjana.
Jangan risaukan katakata yang tak terucapkan
biarkan menggenang dalam kolam ingatan
atau angin menyingkap rinduku
yang tersembunyi di dedaunan dan melepaskannya padamu
dalam bentuk musim gugur yang indah.
Pada sebaris hujan, kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka
tanpa layung senja. Terpa angin meninggalkan
jejak dingin di dada kita.
Engkau menggigil di jantungku.
Jutaan tetes air berterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bungabunga
tumpah dari jambangan. Mengisi hatimu yang bimbang
mengubahmu jadi tembang. Rintik merdu.
Pada Sebaris Hujan
Sebulir hujan menggantung di ujung payungsebuah kilau, seolah
cahaya yang tersimpan. Sebutir doakah?
Kumasuki kelambu hujan
di mana airmatamu menggenggam rindu.
Waktu lalu mendesak. Serasa singkat.
Rembang pun berlalu, saat benderang lampulampu
… dan hujan berpamitan di jendela senja
yang perlahan menutup payung kita
dengan sebuah pelukan.
Memikirkan Kamu Seorang
Bulan. Bias cahaya melukis malam jadi taman. Kubayangkan kau di sini, di pangkuan. Memetik angin mendawaikan lagu, seirama detak jantung memperjelas rindu. Pemandangan selalu lebih indah, ketika tatap matamu bersinar di pangkuan. Mungkin kautitipkan kerling matamu pada embun. Kukecup keningmu pada setangkai kuntum.
Jarak. Aku mencintaimu, maka rindu menjadi pertemuan paling indah ketika kamu tak di sisiku. Suaramu musik yang membebaskan aku dari sepi. Gemuruh. Aku dengar ombak di kejauhan, bagai ritmis jantung berdebar memecah sunyi. Memenuhi teluk hatiku dengan gemuruh laut yang tak pernah henti. Sebab hanya rindu mampu menyempurnakan percakapan kita, yang kadang tak bisa diakhiri dengan ciuman.
Malam lebih panjang. Memikirkan kamu seorang. Di balik cerahnya bintang, kaukah mengarahkan kompas hatiku. Untuk kutemukan doamu yang kautitipkan pada langit jauh. Jejakjejakmu melindungi setiap kenangan, menciptakan bayangan yang berjaga di lensa mata. Sungguh, aku kangen kamu.
Sketsa Hati dalam Secangkir Senja
Awan tipis tersapu angin, seakan handuk terlepasmeninggalkan gemas pada tubuhmu, kurasakan udara
yang ditinggalkan hujan. Mentari di celah jendela
kaukah yang membawanya. Deras sinarnya
seperti darah menghanyutkan degup rindu
di serambi jantungku.
Senampan senja kausuguhkan, lentik jemarimu indah
tatap matamu tak sanggup kugubah, jejakmu sumringah
dalam hangat yang terperangkap racikan daunan teh
seputik melati menepi di pinggir cangkir
menyengatkan wangi di bibir. Dan senyummu
kuseruput tanpa akhir.
Cinta bergetar di tengah Oktober
lengkung alismatamu memayungi senja hujan
aku menghangatkan diri di matamu
pada sinarmatamu anggun, pada sunyi yang unggun
pada sketsa hatimu yang mengambang
di secangkir senja yang rembang.
Ketika Memandangmu
Aku sedang memandangmudi bawah bulan setengah lingkaran
membaca selaksa kata di matamu
menafsirkan sirat cinta.
Maka ketika kau memandangku
aku tahu, kau bulan yang jatuh di wajahku
kau yang selalu di wajahku
menuliskan pendarpendar cahaya
petunjuk bagi langkahku
menelusuri jalan setapak di hatimu
langit yang selalu membukakan pintu
untuk pulang kepakkepak sayapku.
Di bawah bulan yang mengambang
di pematang alis matamu
ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu
merunduk menggenggam bulir rindu.
Mudik ke Hatimu
Rerumputan menyiratjejakjejakmu jadi jalan setapak
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak
yang kupetik dari perjalanan berliku
bukankah selalu kutanam perdu
penawar rindu.
Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu
ketika kau melintas jalan setapak
rerumputan menjaga jejakmu tetap basah
seperti butir airmata yang enggan jatuh dari bulumatamu
bagaimana pun aku memunguti jejak itu
menyimpannya dalam sebuah sajak
lalu kuikuti ke mana kata pergi mengembara.
Bukankah hatimu kampung halaman
dari seluruh sajakku
tempat aku mudik dengan segala perbekalan
cinta.
Sketsa Taman di Purnama Malam
Lalu di sebuah tamanlangit mendekat bersahabat
menyuguhkan teh hangat dengan sedikit uap
perjalanan panjang pun serasa singkat
kita bersulang mengubah malam pekat
jadi upacara persembahan
rembulan perak
untukmu.
Di padang ilalang
bulan ini kujerat dengan sajak
kuikat di pohon cempedak
agar kelam tak membawanya lenyap
ke dalam gelap.
Terasa di wajahmu getar sumringah
arus darah mengalirkan hemoglobin cinta
percakapan apakah mengalir dalam terang rembulan
tatap teduhmu tak pernah tuntas aku tafsirkan.
Vulkanik Rindu
Ada bara pada cinta yang gemuruh di jantungku. Sebongkah niat, segunung hasrat. Bibirku merangkum sejuta getaran dalam satu isyarat, ciuman dahsyat. Lihalah pendarpendar api di mataku—
Setiap rayu adalah aksara yang terbakar. Lava cinta meleleh dari mataku menuruni jurang yang membelah dadamu. Denyut nadi tak meredakan gejolak jantungku. Magma tak habishabisnya bergolak. Memuntahkan vulkanik rindu ke langit semesta. Bila debu rinduku menghalangi pandangmu, sematamata aku ingin memenuhi matamu dengan kata cinta.
Aku tak bisa berhenti menyemburkan cinta di tubuhmu, sejuta cium dan peluk, memenuhi lembahlembahmu, sungaisungai hatimu. Tak bisa berhenti hanyut, dalam denyut di nadimu. Aku meleleh dalam hidupmu. Menciptakan kawahkawah rindu yang baru.
Kereta Cinta…..
Waktu ku menunggu mu,,,
Kau belum tiba
Saat ku membayangkan kan mu
Kau terasa tiba
Saat kau tiba ku ingin bersama mu,,,
Saat ku di hadapan mu
ku mengisi ruang mu dengan cinta…
Tapi,,,saat ku tak ingin pergi
Kenapa kau begitu cepat
meninggalkan ku….
Kau belum tiba
Saat ku membayangkan kan mu
Kau terasa tiba
Saat kau tiba ku ingin bersama mu,,,
Saat ku di hadapan mu
ku mengisi ruang mu dengan cinta…
Tapi,,,saat ku tak ingin pergi
Kenapa kau begitu cepat
meninggalkan ku….